Gw mikir apa si?

Kenapa harus menulis di word?

Tau-tau bikin sesuatu dan nulis-nulis, sok-sok an pengen nulis, mw nulis apapun ga jelas, ah musik2 ini berisik( mematikan alat pemutar mp3 di computer yang gw lupa namanya dan malas nyari tau namanya apa, yang terbayang di dalam otakku yang aneh bernama “youtube” padahal tentu saja bukan, dan baru aku sadari aku salah menulis software menjadi alat? Jadi kata alat yang tadi adalah sebuah software yang memutar mp3, dengan kata lain, computerku ini bias mendendangkan suara dari seseorang yang ga gw kenal, atau lebih tepatnya mereka ga kenal gw. Dan akhirnya aku tak jadi mematikan software pemutar mp3 tadi karena terlalu lama mengetik sesuatu yang tidak jelas ini. Dan kelanjutan kalimat ini sebelum ditutup kurung adalah gw berhasil mengetahui nama software itu yakni “Jetaudio” voila, It’s A boy!, akhirnya kutambahlah itu daftar lagu didalam playlistnya. Sip dan sekarang sebagai penutup kalimat ini, akan kuhadirkan sebuah symbol tutup kurung 1….2…..3……4…. yasusu ditutup)

Eh sekarang aku mau meng adjust pikiran ini agar berpikir kuliah berjudul perancangan (kenapa salah ketik mulu si, sekarang sudah tidak berkat adanya garis vertical kecil yang berkelap-kelip ini dengan giat mengencet itu huruf yang salah kemudian memuntahkan huruf yang benar, tahukah anada? Tuh kan salah ketik lagi ayo garis vertical perbetul lagi tulisannya, Tahukah anda?, si garis vertical yang ada ketika anda mengetik, sebagai perpanjangan pikiran yang anda tuangkan kedalam software ketik-mengetik, atau hanya pikiran data fakta hasil kerja keras orang lain yang anda copy paste kedalam sesuatu yang anda klaim menjadi buah pikiran anda. Yasudah semakin bertele-tele ini ayoh tutup kurung ) jadi, karena aku berniat mengpunggah tulisan ini ke dalam blog, dijelaskan ya, Kuliah perancangan ini adalah kuliah yang tujuan utamanya merancang dalam ranah arsitektur sesuai jurusan yang saya tekuni saat ini yaitu arsitektur, mungkin ada perancangan batik atau perancangan busana, mungkin dalam ranah yang berbeda dan tidak saya tekuni saat ini, karena saya hanya menekuni jurusan arsitektur saja tidak mau yang lain-lain, karena malas harus SPMB atau tes masuk lagi. (apa sih ranah? Aku tak mengerti,kedengeran berbobot kalo dipakai dalam kalimat soalnya, jadi aku pakai saja)
Ok, kehidupan perkuliahan saya sekarang berada pada level dimana setaun lagi akan menjadi 4 tahun kuliah, jadi saat tulisan ini diturunkan di masa ini aku dan saya serta gw (ambo tidak ikut karena ambo tinggal di padang dan sekarang yang lainnya berada si depok, jadi jauhkan tuh buat ambo untuk maen ke depok hanya untuk memennuhi tulisan ini saja, ARGHHH!!! TUTUP KURUNG!) sedang menghadapi kuliah yang berjudul peracangan arsitektur 4, bertemakan Disaster, saat tulisan ini mulai diketik perkuliahan baru berlangsung 3 mingguan, jadi maksudya disaster, kita harus bikin emergency shelter untuk pengungsi ketika bencana terjadi, dan bukan, bukan yang seperti yang ada yang di pikiran anda saat ini -tenda-tenda ijo tua milik TNI angkatan darat, atau tenda buatan bocah-bocah Raden Agung Haji Praja Muda Karana-. Tapi mungkin sifatnya samalah dengan itu, tapi bukan tenda-tendaan tadi, sesuatu yang lebih mikir, dan beda bentuknya dengan tenda TNI, Tenda Pramuka apalagi tenda abang-abang singkong goreng, atau sedapat mungkin tidak berbentuk prisma segitiga yang direbahkan salah satu sisinya.

Jadi studi kasus yang dipilih kelompok perkuliahan saya adalah kebakaran, jadi kami sekelompok pergi ke daerah penjaringan untuk melaksanakan survey, definisi survey pada saat itu adalah Tanya-tanya dengan pegawai RW daerah penjaringan itu, katanya tahun 2005 pernah terjadi kebakaran besar di RW 08 itu, penyebabnya adalah tidak jelas sampai sekarang, tapi mas-mas RW itu berspekulasi kebakaran terjadi karena kompor yang ditinggal terlalu lama di saat pemilik kompor sedang melaksanakan pertengkaran dengan sesorang, katanya loh… bukan ikutan bergosip. disaat kebakaran usai sebagian penghuni rumah atau KK yang rumahnya terbakar dan tak dapat dihuni, diungsikan kearah kantor camat dan ruko yang berada di dekat rw itu, tapi sebagian besar mendirikan terpal2 di atas reruntuhan rumah nya, kemudian tetap tinggal di tanah bekas rumah itu. Butuh waktu cukup lama untuk membersihkan puing2 sisa terbakar, saat itu bahaya yang mengancam pengungsi di terpal itu adalah masalah pernapasan, abu debu gitu-gitu, masalah nyamuk, trus masalah terpal yang panas tidak nyaman. Pada saat survey ke penjaringan ini, rw 08 itu salah satu wilayah yang padat, bayangkan ada beberapa blok rumah bertingkat 3, dengan jarak jalan antar blok kira2 Cuma semester lebih dikit, pokoknya motor masih bias melalui jalan itu. Menurut mas-mas tadi dalam satu gedung bisa tinggal lebih dari 2 KK, kalau memakai logika orang awam rata-rata rumah-rumah bertingkat itu memiliki 1 KK perlantai, 3 lantai ya 3 KK yang berhuni disitu.
Nah saat ini saya sudah malas untuk memikirkan selanjutnya akan bagaimana

Bagaimana?

Depok, sewaktu PA 4 project 1, 2009